Sistem tanam legowo merupakan cara tanam
padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu
barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong
dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan.
Sistem tanam legowo kemudian berkembang
untuk mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi dibanding sistem tegel
melalui penambahan populasi. Selain itu juga mempermudah pada saat
pengendalian hama, penyakit, gulma, dan juga pada saat pemupukan.
Cara tanam ini memiliki keunggulan yakni
meningkatkan populasi tanaman per satuan luas, sehingga berpeluang
meningkatkan produksi, mudah dalam pengelolaan tanaman seperti
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, kemudian memudahkan
pergerakan petani di lapang karena adanya ruang kosong, dan estetika
pertanaman menarik.
Cara yang efektif meningkatkan
produktivitas padi dengan sistem tanam jajar legowo adalah menentukan
kesesuaian varietas unggul dengan jarak tanam (populasi dan orientasi
pertanaman). Seperti percobaan yang dilaksanakan di Kecamatan Toroh,
Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah pada MK I tahun 2014.
Sebagai utama adalah jarak tanam, yaitu
T1- tegel 25 cm x 25 cm; T2- legowo 2:1 (25-50) cm x 12,5 cm; T3- legowo
4:1 kosong (25-50) cm x 12,5 cm, dan T4-legowo 4:1 penuh (25-50) cm x
12,5 cm. Varietas yang ditanam adalah Ciherang, Inpari 10, Inpari 15,
dan Inpari 16.
Hasil penelitian menyimpulkan antara
lain tinggi tanaman tidak berpengaruh nyata pada empat perlakuan jarak
tanam, sedangkan pengaruh varietas nyata, dimana Inpari 15 memiliki
tanaman yang lebih tinggi dibanding ketiga varietas lainnya. Lalu,
semakin rapat jarak tanam, semakin sedikit jumlah malai per rumpun,
berbeda antarvarietas.
Selain itu, jumlah anakan varietas
Inpari 10 dengan jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm menurun dibandingkan
dengan ketiga cara tanam jajar legowo, dan varietas terbaik untuk
dikembangkan pada lokasi penelitian dan sekitarnya adalah Inpari 16 yang
ditanam secara jajar legowo 4 : 1 kosong.
Untuk hasil gabah kering giling (GKG),
Inpari 16 konsisten memberikan hasil yang tinggi pada keempat jarak
tanam, hasil tertinggi pada jajar legowo 4 : 1 sebesar 6,57 t/ha GKG.
Sedangkan varietas Inpari 10 dan Inpari 15 masing-masing menghasilkan
5,03 + 0,19 dan 5,00 + 0,22 t/ha GKG, sama atau sedikit lebih rendah
dibanding Ciherang.
Hasil varietas Ciherang relatif stabil terhadap perbedaan jarak tanam dibandingkan dengan ketiga varietas lainnya.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa
perlu memperkenalkan sifat-sifat varietas Inpari 16 ke petani, apakah
diterima karena dapat meningkatkan produktivitas, dan perlu penilaian
secara partisipatif apakah cara tanam jajar legowo 4 : 1 dapat diterima
petani.