VERTIKULTUR


Dengan segala kesibukan yang dihadapi masyarakat pada saat ini membuat mereka tidak sempat untuk bertani, apalagi tidak tersedia cukup lahan alias tidak punya ruang untuk melakukan kegiatan budidaya pertanian. Belum lagi sering kita lihat pada pemukiman yang cukup padat dan hemat lahan, bagaimana menumbuhkan hobi dan usaha pertanian, khususnya bagi ibu rumah tangga, kaum remaja? Nach, vertikultur mungkin menjadi satu solusi.
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah cara pertanian baik indoor maupun outdoor, karena kepemilikan lahan terbatas yang dirancang sedemikian rupa sehingga berposisi vertikal atau bertingkat.  Ini merupakan konsep penghijauan yang diintroduksikan di perkotaan yang mulai gersang dan pengap. Memanfaatkan sedikit lahan dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan menanam pohon seperti di kebun, sawah atau dalam polibag sekalipun.
Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal. Namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Dengan struktur vertikal, akan memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Walhasil, akan mengundang kupu-kupu dan burung serta makhluk hidup lain meramaikan keberadaan vertikultur tersebut.
Kita dapat memanfaatkan berbagai alat dan bahan yang biasanya tersedia ataupun dijual ditoko bangunan, misalnya paralon (PVC) atau bambu betung (diameter ±10 cm), kawat ayam, gergaji atau bor listrik, dengan bibit tanaman serta media tanamnya.  Paralon ataupun bambu dilubangi dan dibuat tegak atau bertingkat-tingkat. Tinggi bambu dari permukaan tanah sesuai dengan kebutuhan (120-150 cm), namun harus dipertimbangkan kemudahan orang yang merawatnya. Jika kita menginginkan membuat rak-rak, buatlah dari kayu, papan atau bumbu. Sejumlah pot tanaman dapat pula dijejerkan di atas rak. Soal wadah pohon itu, tidak harus membelinya di pasar. Coba saja tengok ke gudang atau serambi rumah. Kaleng cat, bekas minyak pelumas, atau botol plastik minuman mineral yang sudah tidak terpakai, dapat dimanfaatkan.
Mengenai model dan ukuran, terserah kreativitas penggunanya. Dibuat sedemikian rupa agar mampu ditanam banyak tanaman. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga. Dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak.  Yang penting adalah kuat ataupun  mudah dipindah-pindahkan.
Tanaman yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan. Namun, usahakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, atau tanaman semusim. Setidaknya, tanaman tersebut berakar pendek, seperti selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun, ataupun bunga-bungaan.
Pemeliharaan dalam vertikultur inipun relatif mudah, tanaman cukup disiram setiap hari, dan jika memungkinkan tidak perlu menggunakan pestisida.  Seandainya kita memiliki aerator dengan watt yang cukup (seperti untuk akuarium), sistem irigasinyapun dapat terus-menerus. Perlakuan lainnya, sama ketika kita menanam di pot atau di atas tanah langsung yaitu dengan memberikan pupuk cair atau pupuk granule dengan cara disemprotkan ke setiap lubang.  Penambahan kompos,  dilakukan dengan cara dipadatkan disekitar tanaman yang sudah tumbuh.
Bagi para pengguna yang sudah komersial pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman.  Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.  Selamat mencoba!

Sumber: